06 Februari 2009

Doa Super Ngebut

Saya memang berdoa secara rutin tiap hari, tapi ada kalanya doa saya super cepat dan terlihat begitu tergesa-gesa. Bukan seperti dua orang sahabat yang keasyikan ngobrol. Bukan juga seperti seorang anak yang bisa cerita panjang lebar kepada orang tuanya di meja makan. Lebih mirip seorang prajurit yang memberikan laporan kepada komandannya, singkat, cepat dan padat! Belum lagi saya tergoda untuk melirik jam dinding yang kebetulan ada di depan saya. Ketika jarum jam sudah menunjukkan angka tertentu, saya pun makin ngebut di dalam doa!

Saya biarkan kegiatan rutinitas saya termasuk pekerjaan, pelayanan dan urusan tetek bengek saya merebut waktu-waktu pribadi saya dengan Tuhan. Padahal bukankah teknologi yang ada sekarang ini sudah membantu kita untuk sedikit lebih santai? Tak perlu menulis dengan mesin ketik butut, sekarang ada komputer yang sangat hi-tech. Ada telpon, faks, sms, e-mail dan penyedia layanan komunikasi lainnya sehingga waktu kita bisa berhemat banyak. Belum lagi urusan dapur sekarang ini menjadi begitu mudah. Ada microwave, ada rice cooker, ada kompor gas (tak perlu mencari kayu di hutan dulu), ada mesin cuci, dll. Soal makanan juga semuanya serba instan. Bukankah semua ini harusnya bisa membuat kita menjadi lebih santai?

Kenyataannya, semakin ditemukan alat-alat canggih yang mempermudah kerja manusia, maka manusia justru menjadi lebih sibuk lagi! Aneh tapi nyata. Saya mengalaminya, saya rasa Anda juga sama.

Menjadi sibuk sebenarnya tak menjadi soal, selama kesibukan kita tidak mengurangi waktu-waktu pribadi kita dengan Tuhan. Sayangnya kita susah untuk mendisiplin diri dengan memberi waktu dengan Tuhan di jaman yang serba tergesa-gesa ini. Padahal sesungguhnya hubungan kita dengan Tuhan justru menjadi kunci apakah hari-hari kita menjadi efektif. Jujur saja, saya menulis renungan ini dengan penyesalan kepada Tuhan karena mengurangi waktu-waktu pribadi saya dengan Tuhan dan menambahnya untuk kesibukan saya secara pribadi. Berharap kita belajar seperti Yesus, di tengah padatnya jadwal pelayanan KKR dan roadshow dari kota ke kota, Yesus selalu memiliki waktu untuk berdoa dengan BapaNya. Atau sebaliknya, jangan-jangan Anda juga membaca renungan ini dengan tergesa-gesa?

Disiplin diri untuk memiliki waktu bersekutu dengan Tuhan secara pribadi.

Bikin Firefox Ngebut

Firefox adalah salah satu program penjelajah web produksi Mozilla yang banyak dipakai oleh user karena beberapa keunggulan dibanding Internet Explorer (IE). Beberapa perbandingan tersebut diantaranya dari segi :

  1. Instalasi : IE memerlukan waktu cukup lama karena ukuran file instalasinya cukup besar dan juga perlu me-restart komputer, sedangkan Firefox ukuran file instalasinya kecil dan waktu instalasi yang dibutuhkan juga cepat, serta tidak perlu me-restart komputer namun cukup me-restart Firefox saja.
  2. Plug-in : di Firefox tersedia ratusan plug-in yang siap download dan instalasinya juga sangat mudah.
  3. Security : Firefox memiliki security yang lebih baik; dari sebuah studi di tahun 2006 disebutkan pemakai IE lebih rentan terhadap serangan online sebesar 78% sedangkan pemakai Firefox hanya 2% (lihat di http://www.mozilla.com/en-US/firefox/security/)

Saat artikel ini ditulis, Firefox telah merilis versi 3 (bisa didownload disini). Sebenarnya dari segi kecepatan, Firefox bisa dikatakan sudah cukup cepat. Namun bagi anda yang menginginkan kecepatan “lebih” maka tips berikut ini bisa dipraktekkan :
# Buka Firefox. Ketikkan about:config di Address Bar
# Akan muncul kotak dialog peringatan. Tekan saja tombol tersebut.
# Lakukan perubahan terhadap variabel-variabel berikut:

network.http.max-connections – 64
network.http.max-connections-per-server – 20
network.http.max-persistent-connections-per-proxy – 10
network.http.max-persistent-connections-per-server – 4
network.http.pipelining – true
network.http.pipelining.maxrequests – 8
network.http.proxy.pipelining – true
network.http.request.timeout – 300
network.http.request.max-start-delay = 0
nglayout.initialpaint.delay = 0

Untuk melakukan perubahan di salah satu variabel tersebut, misal variabel network.http.max-connections cukup anda ketikkan network.http di Filter maka akan ditampilkan daftar variabel yang memiliki awalan network.http. Selanjutnya anda tinggal klik 2x di nama variabel yang dimaksud untuk mengganti nilainya.

about:config

about:config

Mengganti nilai variabel

Mengganti nilai variabel

Jika terdapat variabel yang tidak ditemukan, misal variabel nglayout.initialpaint.delay bisa anda tambahkan sendiri dengan cara : klik-kanan mouse di area kosong kemudian pilih new Integer.
Setelah semua perubahan selesai dilakukan, tutup Firefox anda lalu buka lagi.
Selamat mencoba!

Macet boros, ngebut pun boros

Dalam kemacetan, sekitar 20% waktu kerja mesin dihabiskan dalam 0 km/jam
alias berhenti. Berhenti dengan mesin hidup sama artinya dengan membuang
BBM, karena ranmor sedang kehilangan fungsinya sebagai alat transportasi.
Ketika kendaraan mulai diakselerasi (digas), mesin harus mengatasi gaya
inersia yang timbul akibat percepatan dengan cara membakar BBM ekstra. Baru
beberapa meter bergerak, ranmon sudah harus direm (deselerasi) hingga
berhenti kembali. Ketika menginjak pedal rem, pedal gas tentunya dilepas.
Pada waktu itulah sejumlah BBM yang telanjur meninggalkan tangki BBM tidak
akan terbakar dan terbuang percuma.

Karena tak sabar, sebagian pengendara juga meraung-raungkan mesin
kendaraannya. Ada kecenderungan pula untuk berakselerasi-deselerasi
mendadak. Semuanya jelas membuang BBM percuma. Ketika kemacetan terlampaui,
secara psikologis pengendara terdorong untuk balas dendam dengan memacu
kendaraannya, terutama bila melihat kondisi jalan di hadapannya kosong.

Padahal, kecepatan tinggi juga memberi andil dalam pemborosan BBM. Anggapan
bahwa konsumsi BBM pada keadaan macet lebih boros ketimbang saat melaju pada
kecepatan tinggi tidaklah benar. Dalam dunia aerodinamika dikenal istilah
hambatan angin (Ra). Makin kencang kendaraan dipacu, Ra yang harus dilawan
mesin ranmor juga naik. Akibatnya terjadi konsumsi BBM
ekstra. Gangguan Ra ini mulai terasa pada kecepatan 60 Km/jam ke atas. Pada
kecepatan 80 km/jam, diperlukan ekstra 15% BBM untuk melawan Ra. BBM ekstra
ini meningkat lagi bila kecepatan mencapai 100 km/jam, yakni sebesar 35%.

Putaran mesin optimum
Lalu, bagaimana cara berkendaraan yang hemat BBM? Gampang, dengan mencegah
terjadinya kemacetan: disiplin dalam berkendaraan. Selain itu, sebaiknya
kita juga menjaga agar mesin berada pada putaran optimum untuk mencapai
kecepatan yang layak.

Penjelasan teknisnya begini. Ambil contoh mobil yang digunakan bermesin 4
tak 4 silinder. Mesin ini memerlukan 4 langkah untuk mencapai 1 siklus
mesin, yakni langkah isap (campuran O2 dan BBM masuk silinder), kompresi,
ekspansi, dan buang. Dalam satu siklus, BBM dikonsumsi tiap silinder hanya
pada langkah isap. Kalau sekali langkah isap membutuhkan 1 tetes BBM, maka
mesin 4 silinder mengkonsumsi 4 tetes BBM/siklus.

Pada mesin tadi tiap siklus diselesaikan dalam 2 putaran (720o). Andai mesin
bekerja pada putaran 2.000 rpm (revolution per minute), sesungguhnya cuma
terjadi 1.000 siklus per menit. Kalau tiap siklus BBM yang dikonsumsi 4
tetes, maka dalam 1 menit mesin menghabiskan 4.000 tetes (1.000 x 4 tetes)
BBM. Kalau putaran ditingkatkan menjadi 4.000 rpm., bahan bakar yang
dibakar bertambah menjadi 8.000 tetes. Jadi, semakin tinggi putaran mesin,
semakin banyak pula konsumsi BBM-nya.

Jumlah silinder juga berpengaruh pada konsumsi BBM. Pada mesin 4 tak 6
silinder misalnya, konsumsi BBM-nya akan menjadi 6 tetes/siklus. Pada
putaran 2.000 rpm., mesin memerlukan bahan bakar 6.000 tetes/menit (1.000 x
6 tetes). Jika putarannya naik menjadi 4.000 rpm., bahan bakar yang
dikonsumsi menjadi 12.000 tetes/menit.

Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi BBM adalah volume silinder. Secara
umum, mesin berkapasitas silinder kecil lebih irit ketimbang yang
berkapasitas silinder besar. Untuk mesin 1.300 cc misalnya, volume satu
tetes BBM mungkin cuma 0,1 ml. Sementara pada mesin 2.000 cc, 1 tetes BBM
barangkali bisa mencapai volume 0,2 ml. Jadi, jika kedua mesin sama-sama
bekerja pada 2.000 rpm., mesin 4 tak 1.300 silinder hanya mengkonsumsi 0,4 l
dan mesin 4 tak 2.000 cc menghabiskan 0,8 l BBM.

Dari ketiga faktor tadi, jumlah silinder dan kapasitas mesin tidak bisa
diubah. Satu-satunya variabel yang bisa dikendalikan adalah putaran mesin.
Karena itu, upaya penghematan BBM saat mengemudi bisa dilakukan dengan cara
mencapai putaran optimum.

Semua kendaraan memiliki putaran optimum, yakni putaran di mana efisiensi
pembakaran BBM maksimal sehingga mesin mempu menghasilkan daya dan torsi
maksimum. Tinggi rendahnya putaran optimum tadi beragam. Umumnya ada dalam
kisaran 4.000 - 6.000 rpm.

Memang, untuk operasi perkotaan, mesin hampir tak pernah terpaksa
menyediakan tenaga maksimum. Medan lalu lintas perkotaan umumnya datar dan
beraspal, cukup ramah bagi kendaraan bermotor. Logikanya, jika mesin memang
tak perlu menyediakan tenaga maksimum, putaran mesin yang tinggi tak terlalu
diperlukan. Pengendara bisa mengendalikan mesin pada putaran secukupnya
walaupun tidak memperoleh tenaga maksimal. Toh, dengan tenaga tidak maksimum
pun medan lalu lintas perkotaan tetap dapat diatasi. Konsumsi BBM bisa
dibuat hemat. Berdasarkan pengalaman penulis, putaran mesin maksimal 2.000
rpm. sudah cukup untuk menaklukkan lalu lintas perkotaan asal rajin
memainkan gigi transmisi.

Berdasarkan latar belakang teknis tadi, ada beberapa upaya yang bisa kita
lakukan untuk menghemat BBM saat mengemudi. Upaya tadi adalah:

a.. Bertekad untuk menghemat BBM. Sebaiknya kita tidak terpancing
pengendara lain yang belum peduli akan pentingnya hemat BBM.
b.. Pastikan tak ada kebocoran pada tangki, pompa, dan pipa saluran BBM
agar tak ada BBM yang terbuang percuma. Caranya, dengan memeriksa sambungan
las, seal, dan kekencangan baut yang ada.
c.. Sesuaikan tekanan ban dengan standar yang direkomendasikan pabrik.
Biasanya tabel tekanan ban tertera di bagian dalam pintu depan kanan mobil.
Kita biasakan pula untuk menambah tekanan ban 1 - 2 psi di atas standar agar
ban tidak segera mencapai tekanan di bawah standar. Langkah ini dapat
menghemat BBM hingga 10%.
d.. Terutama di dalam kota, jalankan ranmor dengan nyaman pada kecepatan 35
- 60 km/jam untuk meminimalkan efek Ra.
e.. Sebisa mungkin operasikan mesin pada putaran relatif rendah (di bawah
2.500 r.p.m.). Juga kita sesuaikan posisi gigi transmisi dengan kecepatan.
Jangan memaksa mesin bekerja pada putaran tinggi terlalu lama.
f.. Hindari akselerasi-deselerasi mendadak. Sedapat mungkin percepat dan
perlambat ranmor secara berangsur, tidak tiba-tiba.
g.. Tinggalkan kebiasaan membawa beban terlalu berat yang sebenarnya tidak
berguna. Beban terlalu berat membutuhkan kerja ekstra mesin yang berarti BBM
ekstra pula.

02 Februari 2009

Supaya Tidak Ngebut

Di Denmark, terdapat badan Danish Road Safety yang khusus untuk mengatur keselamatan berkendara. Upaya badan ini dalam berkampanye kadang agak-agak nyeleneh. Dulu, untuk menjaga keselamatan para pengendara sepeda, badan ini mengeluarkan beberapa seri iklan cetak dan TVC. Salah satu iklan cetaknya bisa dilihat di posting sebelumnya, tentang penyeberang jalan.



Danish Road SafetyBelakangan ini, badan ini mengingatkan para pengemudi kendaraan bermotor untuk tidak mengebut. Diposisikan di beberapa titik pengemudi ngebut, para wanita yang dikenal dengan Bikini Bandits, mencoba mengingatkan pengemudi dengan memegang rambu batas kecepatan, sambil (maaf) bertelanjang dada. Katanya sih cara ini inovatif dan berhasil, setidaknya untuk awal-awal kampanye. Para pengemudi selalu melambatkan kendaraannya. Hanya saja, seperti bisa dilihat di video liputannya, beberapa lama kemudian, aksi Bikini Bandits ini malah menimbulkan kemacetan.

Mungkin saja Polri dan DLLAJR mau ikut mencoba juga? Setidaknya upaya ini bisa menghibur para supir pria…

Ngebut Itu Sehat

Oleh : Puji Rahmat Se., Mm.

08-Jan-2007, 08:40:00 WIB - [www.kabarindonesia.com]

Ngebut itu sehat .....? Sengaja saya mengambil judul tulisan saya kali ini dengan judul yang kontroversial dan sedikit menentang arus pemikiran umum yang selama ini kita kenal.....Ngebut kok di bilang sehat .... Mungkin itu komentar Anda pertama kali .....

Saya tidak mencoba mencari sensasi dari tulisan ini ...... Saya coba menuangkan ide yang selama ini mengusik saya ketika setiap kali mengendarai kendaraan roda dua yang mengantarkan saya dari rumah menuju tempat aktivitas saya.....

Melalui tulisan ini saya mengajak teman-teman semua untuk sedikit menahan diri dan sedikit membuka arus pemikiran yang tidak sesuai dengan paradigma Anda .....Jadi esensi tulisan ini bukan mengenai ngebut yang tidak sehat dan tidak aman .....
Inti tulisan ini mengajak kita semua untuk membuka diri, menahan kontra-opini, dan melakukan analisa dalam sudut pandang yang berbeda .....Tak perlu berpanjang lebar dalam pengantar tulisan ini ......

Ketika muncul ide "Ngebut Itu Sehat"Saya berharap kita mulai menerjemahkan istilah Ngebut dengan sudut pandang yang sama dalam pemikiran saya ...... di sini saya mengajak Anda meninggalkan diri Anda dan masuk dalam paradigma saya......

Ngebut adalah suatu proses yang kita lakukan diatas kecepatan rata-rata normal yang biasa kita lakukan ........Contoh yang paling sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah mengebut di jalan raya .....Orang yang melaju dengan kecepatan diatas rata-rata orang lain disebut dengan mengebut .......

Saya sependapat dengan definisi ini... Jadi tak ada yang perlu kita perdebatkan...
Kita sebut sebagai mengebut ketika kita bergerak di atas kecepatan rata-rata .... Jadi dalam konteks ini, ngebut sebagai suatu relativitas, tidak ada angka baku untuk standar sebagai kategori dikatakan mengebut .....Mungkin saya akan sedikit menyinggung teori relativitas Einstein E=mc2 ......Tapi sebelum berangkat ke sana, saya coba sampaikan beberapa premis causa sehingga saya mengambil sebuah hipotesa "Ngebut Itu Sehat" .....

Pertama, dengan bergerak di atas kecepatan rata-rata yang pernah kita lakukan maka kita akan lebih berkonsentrasi .......Dengan konsentrasi yang lebih, maka produktifitas yang kita lakukan akan meningkat ..... jika dengan kecepatan 20 km/jam Anda menempuh jarak 25 km dengan waktu satu jam lebih, ketika Anda ‘Ngebut' dengan kecepatan 50 km/jam maka anda memakan waktu ½ jam .... Bukankah produktifitas Anda meningkat, dengan waktu ½ jam yang lebih ini, anda bisa melakukan hal lain yang lebih bermanfaat .... Ketika Anda melakukan segala sesuatu dengan lebih berkonsentrasi, otomatis organ tubuh Anda akan lebih sehat tentunya .....

Kedua, dengan bergerak lebih cepat dijalanan alias ‘Ngebut' maka kondisi tidak sehat di jalanan bisa kita kurangi...... Saya pikir, kita semua sepakat, kalau udara di jalanan Jakarta kurang sehat untuk paru-paru kita ....... Dengan bergerak lebih cepat, kita bisa lebih sehat .........

Ketiga, dengan bergerak di atas kecepatan rata-rata kita akan lebih lama merasakan hidup di dunia ini ....... Anda bingung .......Saya akan kaitkan premis ketiga ini dengan teori relativitas Einstein, namun saya tidak mengupas E=mc2 nya.... Saya ambil poin-nya saja ........Dengan bergerak lebih cepat, maka secara relatif Anda akan merasakan waktu yang lebih lama ....... Mengapa, dalam waktu yang sama Anda bisa merasakan dan melakukan lebih banyak hal ..... dengan demikian, secara relatifitas waktu yang terasa lebih lama ini, bukankah berarti Anda lebih panjang hidup di dunia ini ............ J coba direnungkan sejenak J ......

Baiklah.... kita kembali ke laptop! J ...... tiga hal diatas tentu tidak ada artinya ketika kita mengkompensasi ‘Ngebut ‘ dengan risk yang untolerable .....Hal yang ingin saya sampaikan adalah kita Ngebut yang Sehat tapi juga harus aman .......Anda harus bisa mengkalkulasi tingkat resiko yang akan Anda kompensasikan dengan ‘relativitas Ngebut' yang Aman ....

Jika dengan kecepatan 40 km/jam merupakan kecepataan rata-rata Anda, maka mencoba dengan 50 km/jam sebagai suatu tingkat mengebut yang aman .... Dengan 50 km/jam Anda harus yakin bahwa segala risk bisa Anda kendalikan .....Atau bisa juga kecepatan on-average Anda adalah 60 km/jam maka mencoba bergerak dengan kecepatan 70 km/jam patut dipertimbangkan dengan asumsi semua risk bisa diatasi .....

Kesimpulan tulisan ini ....... Lakukanlah hal-hal di atas kecepatan rata-rata yang selama ini Anda lakukan .....
Jika selama ini dalam satu bulan cuma bisa menghabiskan baca satu buku, maka cobalah ‘Ngebut' baca tiga buku dalam waktu satu bulan .......

Jika selama ini pekerjaan Anda selesaikan dengan waktu rata-rata umum, maka cobalah ‘Ngebut' dalam menyelesaikan pekerjaan Anda, namun tetap dengan tingkat akurasi yang tinggi pula .....

Biar Ngebut Asal Selamat, Biar Ngebut Asal Akurat, Biar Ngebut Asal Sehat ......

Depok, 7 Januari 2007 ; 22.00 wib.
Salam ......
Puji Rahmat
Tulisan ini juga saya buat dengan ngebut kok ..... !!

Tapi Inget Ngebut Itu tetep BAhaya !!!