06 Februari 2009

Macet boros, ngebut pun boros

Dalam kemacetan, sekitar 20% waktu kerja mesin dihabiskan dalam 0 km/jam
alias berhenti. Berhenti dengan mesin hidup sama artinya dengan membuang
BBM, karena ranmor sedang kehilangan fungsinya sebagai alat transportasi.
Ketika kendaraan mulai diakselerasi (digas), mesin harus mengatasi gaya
inersia yang timbul akibat percepatan dengan cara membakar BBM ekstra. Baru
beberapa meter bergerak, ranmon sudah harus direm (deselerasi) hingga
berhenti kembali. Ketika menginjak pedal rem, pedal gas tentunya dilepas.
Pada waktu itulah sejumlah BBM yang telanjur meninggalkan tangki BBM tidak
akan terbakar dan terbuang percuma.

Karena tak sabar, sebagian pengendara juga meraung-raungkan mesin
kendaraannya. Ada kecenderungan pula untuk berakselerasi-deselerasi
mendadak. Semuanya jelas membuang BBM percuma. Ketika kemacetan terlampaui,
secara psikologis pengendara terdorong untuk balas dendam dengan memacu
kendaraannya, terutama bila melihat kondisi jalan di hadapannya kosong.

Padahal, kecepatan tinggi juga memberi andil dalam pemborosan BBM. Anggapan
bahwa konsumsi BBM pada keadaan macet lebih boros ketimbang saat melaju pada
kecepatan tinggi tidaklah benar. Dalam dunia aerodinamika dikenal istilah
hambatan angin (Ra). Makin kencang kendaraan dipacu, Ra yang harus dilawan
mesin ranmor juga naik. Akibatnya terjadi konsumsi BBM
ekstra. Gangguan Ra ini mulai terasa pada kecepatan 60 Km/jam ke atas. Pada
kecepatan 80 km/jam, diperlukan ekstra 15% BBM untuk melawan Ra. BBM ekstra
ini meningkat lagi bila kecepatan mencapai 100 km/jam, yakni sebesar 35%.

Putaran mesin optimum
Lalu, bagaimana cara berkendaraan yang hemat BBM? Gampang, dengan mencegah
terjadinya kemacetan: disiplin dalam berkendaraan. Selain itu, sebaiknya
kita juga menjaga agar mesin berada pada putaran optimum untuk mencapai
kecepatan yang layak.

Penjelasan teknisnya begini. Ambil contoh mobil yang digunakan bermesin 4
tak 4 silinder. Mesin ini memerlukan 4 langkah untuk mencapai 1 siklus
mesin, yakni langkah isap (campuran O2 dan BBM masuk silinder), kompresi,
ekspansi, dan buang. Dalam satu siklus, BBM dikonsumsi tiap silinder hanya
pada langkah isap. Kalau sekali langkah isap membutuhkan 1 tetes BBM, maka
mesin 4 silinder mengkonsumsi 4 tetes BBM/siklus.

Pada mesin tadi tiap siklus diselesaikan dalam 2 putaran (720o). Andai mesin
bekerja pada putaran 2.000 rpm (revolution per minute), sesungguhnya cuma
terjadi 1.000 siklus per menit. Kalau tiap siklus BBM yang dikonsumsi 4
tetes, maka dalam 1 menit mesin menghabiskan 4.000 tetes (1.000 x 4 tetes)
BBM. Kalau putaran ditingkatkan menjadi 4.000 rpm., bahan bakar yang
dibakar bertambah menjadi 8.000 tetes. Jadi, semakin tinggi putaran mesin,
semakin banyak pula konsumsi BBM-nya.

Jumlah silinder juga berpengaruh pada konsumsi BBM. Pada mesin 4 tak 6
silinder misalnya, konsumsi BBM-nya akan menjadi 6 tetes/siklus. Pada
putaran 2.000 rpm., mesin memerlukan bahan bakar 6.000 tetes/menit (1.000 x
6 tetes). Jika putarannya naik menjadi 4.000 rpm., bahan bakar yang
dikonsumsi menjadi 12.000 tetes/menit.

Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi BBM adalah volume silinder. Secara
umum, mesin berkapasitas silinder kecil lebih irit ketimbang yang
berkapasitas silinder besar. Untuk mesin 1.300 cc misalnya, volume satu
tetes BBM mungkin cuma 0,1 ml. Sementara pada mesin 2.000 cc, 1 tetes BBM
barangkali bisa mencapai volume 0,2 ml. Jadi, jika kedua mesin sama-sama
bekerja pada 2.000 rpm., mesin 4 tak 1.300 silinder hanya mengkonsumsi 0,4 l
dan mesin 4 tak 2.000 cc menghabiskan 0,8 l BBM.

Dari ketiga faktor tadi, jumlah silinder dan kapasitas mesin tidak bisa
diubah. Satu-satunya variabel yang bisa dikendalikan adalah putaran mesin.
Karena itu, upaya penghematan BBM saat mengemudi bisa dilakukan dengan cara
mencapai putaran optimum.

Semua kendaraan memiliki putaran optimum, yakni putaran di mana efisiensi
pembakaran BBM maksimal sehingga mesin mempu menghasilkan daya dan torsi
maksimum. Tinggi rendahnya putaran optimum tadi beragam. Umumnya ada dalam
kisaran 4.000 - 6.000 rpm.

Memang, untuk operasi perkotaan, mesin hampir tak pernah terpaksa
menyediakan tenaga maksimum. Medan lalu lintas perkotaan umumnya datar dan
beraspal, cukup ramah bagi kendaraan bermotor. Logikanya, jika mesin memang
tak perlu menyediakan tenaga maksimum, putaran mesin yang tinggi tak terlalu
diperlukan. Pengendara bisa mengendalikan mesin pada putaran secukupnya
walaupun tidak memperoleh tenaga maksimal. Toh, dengan tenaga tidak maksimum
pun medan lalu lintas perkotaan tetap dapat diatasi. Konsumsi BBM bisa
dibuat hemat. Berdasarkan pengalaman penulis, putaran mesin maksimal 2.000
rpm. sudah cukup untuk menaklukkan lalu lintas perkotaan asal rajin
memainkan gigi transmisi.

Berdasarkan latar belakang teknis tadi, ada beberapa upaya yang bisa kita
lakukan untuk menghemat BBM saat mengemudi. Upaya tadi adalah:

a.. Bertekad untuk menghemat BBM. Sebaiknya kita tidak terpancing
pengendara lain yang belum peduli akan pentingnya hemat BBM.
b.. Pastikan tak ada kebocoran pada tangki, pompa, dan pipa saluran BBM
agar tak ada BBM yang terbuang percuma. Caranya, dengan memeriksa sambungan
las, seal, dan kekencangan baut yang ada.
c.. Sesuaikan tekanan ban dengan standar yang direkomendasikan pabrik.
Biasanya tabel tekanan ban tertera di bagian dalam pintu depan kanan mobil.
Kita biasakan pula untuk menambah tekanan ban 1 - 2 psi di atas standar agar
ban tidak segera mencapai tekanan di bawah standar. Langkah ini dapat
menghemat BBM hingga 10%.
d.. Terutama di dalam kota, jalankan ranmor dengan nyaman pada kecepatan 35
- 60 km/jam untuk meminimalkan efek Ra.
e.. Sebisa mungkin operasikan mesin pada putaran relatif rendah (di bawah
2.500 r.p.m.). Juga kita sesuaikan posisi gigi transmisi dengan kecepatan.
Jangan memaksa mesin bekerja pada putaran tinggi terlalu lama.
f.. Hindari akselerasi-deselerasi mendadak. Sedapat mungkin percepat dan
perlambat ranmor secara berangsur, tidak tiba-tiba.
g.. Tinggalkan kebiasaan membawa beban terlalu berat yang sebenarnya tidak
berguna. Beban terlalu berat membutuhkan kerja ekstra mesin yang berarti BBM
ekstra pula.

0 komentar:

Posting Komentar